Welcome!!

Annyeong fanfict lovers!!

Blog ini aku buat khusus Fanfict dari idola-idola kita sampai anime juga. Blog ini lagi masa debut jadi postingannya belum terlalu banyak. Tapi authors bakal bikin banyak ff yang keren2 deh!

mohon kerjasamanya buat kemajuan blog ini. And don't forget to leave comment(s) after read this blog!!

thanks... (_ _)

Lists

FF|I'm Not Her|我不是她|

Genre: romance, Chapter 1a-2b
status: in progress

FF/Don't say goodbye/

genre: PG15/Romance teenager/straight/Chapter 1-10(end)
status: complete

FF/Don't say goodbye/Bonus Chapter

genre: PG15/Romance teenager/straight

FanFict/Utakatta Hanabi/Anime Naruto/1shoot

genre : romance, 1 shoot

FanFict DBSK/Together/comedy/

genre: comedy/teenager/friendship Chapt1
status: in progress

Fanfic || more than a teacher || 1shoot part1-2(end)

genre: teenager/romance

The murderer is my secret admirer

Rat : NC 17( violence)/one shoot/straight yoosu

goodbye my lover


cast :yunjae and others
rat :NC 17
mention : mpreg,angst,violence, 1shoot

Let U Go

pairing: yunjae n other
Rating: PG13/Yaoi
Genre: Romance, angst, 1shoot

dreaming in ‘bolong’ afternoon

special fanfict
status: complete

SAME but DIFFERENT

special fanfic
status: complete

You only love my love | Straight | DB5K

genre: T / Romance Hurt
status: in progress

Kamis, 10 Mei 2012

Fanfic | THE MEANING | DBSK and author | 1shoot


Title       : The Meaning..
Casts     : W-Lanh Cassieast (author) as Shim Jiwoo
                  DBSK member
Genre     :  Family, personal life
Rated     : K+
Length   : 1SHOOT

Summary: ketika aku sedang berada dalam masa genting sebagai seorang anak manusia biasa, aku bertemu dengan mereka yang lebih mengerti arti dari kata 'itu'. dan seseorang pun merubah jalan pikiranku.


Hening..
Sore ini rumahku bagaikan tak berpenghuni. Biasanya di jam segini aku sibuk mondar-mandir sambil berteriak-teriak “lapar! Apa tidak ada makanan?” dan ramai dengan umma yang mengomel atau keponakanku yang berteriak-teriak bermain bersama teman-temannya.  Sekarang, itu semua tak terdengar keberadaannya, bahkan aku pun enggan keluar dari kamar.

Sedari tadi aku hanya berbaring di atas ranjang sempitku sembari memegangi ponselku. Dering sms masuk pun berkali-kali terdengar dan dengan cepat aku membalas semuanya. Jujur saja, jarang-jarang aku melakukan hal ini.
Kepalaku kini terasa pusing. Ya, berbaring lama tanpa tidur itu membuatku sakit kepala. Kulihat jam di ponselku, sudah pukul 6 sore. Aku pun berusaha membangkitkan tubuhku dan berjalan gontai meninggalkan kamar. Kulihat seisi rumah yang berantakan dan dibiarkan begitu saja. Terbesit di pikiranku, seperti habis perang dunia saja. Padahal memang benar. Beberapa jam lalu ada pertangkaran hebat disini dan aku adalah tokoh utamanya.

Kulanjutkan langkahku menuju kamar mandi setelah mengambil handuk di jemuran. Baiklah saatnya melepas semua penatku di ruangan kecil ini. Sedikit penyegaran tubuh mungkin akan menyegarkan otakku juga.

----------- The Meaning ---------------

Selesai berpakaian, aku berjalan menuju dapur, mencari sesuatu yang bisa dimakan disana. Dan hasilnya..nihil. ahh aku tak bisa menahan perut keronconganku sejak tadi siang, ditambah lagi rasanya berlama-lama dirumah ini membuatku semakin penat. Kupikir aku butuh udara luar sejenak.

Tanpa berpikir panjang, aku mengambil sepedaku. Kendaraan yang hanya milikku satu-satunya. Mereka-mereka yang dirumah ini tidak memperbolehkanku memakai motor mereka, padahal teman-teman sebayaku sudah dibolehkan memakai sepeda motor bahkan memilikinya sendiri. Sering aku merasa iri pada mereka yang selalu dipercaya oleh orang tuanya. Sedangkan aku? Seperti kuda yang dikekang. Pergi kemana saja selalu diawasi, boro-boro naik motor sendiri, berboncengan dengan teman saja terkadang tidak boleh, disuruh naik angkutan umum tapi jarang diberi tambahan uang saku. Entahlah apa mau mereka, selama ini aku hanya menurut karena aku tak tahu harus menyangkal mereka dengan kata-kata apa. Ya, mereka tak pernah mau mengerti keadaanku atau setidaknya memberi rasa percaya padaku. Umurku sudah 15 tahun dan jelas aku muak diperlakukan seperti anak 5 tahun!

Baiklah lupakan..

Aku mengambil kunci gembok yang digantung di tembok dekat bath tub, dan melangkah keluar rumah tanpa berpamitan. Setelah kupastikan pagar tergembok dengan aman, aku langsung pergi mengayuh sepedaku ke arah yang tidak pasti. Menyusuri jalan-jalan sempit dan ramai anak-anak bermain bola. Melihat wajah mereka yang tertawa lebar itu membuatku iri.

“melihatmu seharian dirumah membuat kepalaku pusing, Jiwoo!”
Aku hanya diam.
“kau menganggarkan otak pintar dan prestasimu itu supaya kau bisa seenaknya dirumah ini, hah?!”
Sekali lagi aku hanya diam.
“sungguh, aku benci punya adik sepertimu! Kau hanya menyusahkan saja! Aku tidak akan memaafkanmu sebelum kau sadar! Kau dengar Jiwoo?!!”
BRAKK!!
“APA MAU KALIAN HAH?!!”

Sesak seketika menyeruak di dadaku. Pertengkaran itu masih saja terngiang di kepalaku. Tenang.. bukan saatnya mengingat hal itu. Baiklah, kini aku memfokuskan pikiranku ke jalanan. Tak terasa kini aku sudah sampai di pinggir kota Seoul. Lampu-lampu jalan dan toko-toko sudah mulai meramaikan jalan. Senja merah juga perlahan menjadi abu-abu. Hari sudah mulai gelap dan dingin, aish kenapa aku tidak membawa jaketku?

Aku pun menghampiri kotak penjual minuman otomatis dan membeli sekaleng cappuccino hangat disitu. Aku memparkirkan sepedaku dan duduk di depan sebuah toko roti,  dan melihat orang-orang berlalu lalang sambil menikmati minumanku.

“Shim Jiwoo?” sapa seseorang dibelakangku. Aku pun memutar kepalaku.
“Changmin oppa!” sapaku kembali.
“sedang apa disini? sendirian saja?” tanyanya.
“tidak ada. Ya aku sendirian saja. Oppa dari toko roti ini?” jawabku dan kembali bertanya.
“nde. Kyuhyun dan Minho menyuruhku membeli roti, aish.. kalau saja mereka yang kalah suit pasti kusuruh beli roti di Gwangju sana” ujarnya sambil mengerucutkan bibirnya. Lucu sekali. Si Evil sedang dikerjai teman-temannya. Aku hanya tertawa pelan mendengarkan curahan hatinya.

“dan kau? Kenapa tumben sekali berkeliaran disini sendirian? Apalagi ini sudah malam”
“aku hanya ingin menyegarkan otakku. Sekali-sekali juga tidak apa-apa kan?” aku tersenyum tipis.
“ada masalah dirumah ya? Tampaknya masalah yang rumit..” tanyanya sembari memperhatikan wajahku yang agak lesu.
“begitulah..” jawabku seadanya. Ia pun mengacak-acak kepalaku yang ditutupi topi kupluk putih.
“itu biasa.. hal yang lumrah dalam sebuah keluarga. Kau pasti bisa menyelesaikannya..” ujarnya sambil tersenyum di depan wajahku.
“apakah itu semudah yang kudengar?” aku mendongak dan menatap Changmin dalam. Mengharapkan sebuah jawaban yang cukup meyakinkan. Ia pun tertunduk tanpa menghapuskan senyumnya.
“kurasa tidak begitu juga..”
“. . .”
“tapi jika kau mendengar nuranimu, maka kau akan tau apa yang harus kau lakukan dan apa yang benar dan salah. Percayalah pada dirimu sendiri” ujarnya. Aku terpaku sejenak sambil mencerna kata-katanya.
“Hm! Gomawo yo Changmin oppa” anggukku sambil tersenyum cerah.
“baiklah.. aku harus pulang sekarang, Kyuhyun dan Minho bisa mengomel kalau aku telat membawa pesanan mereka. Hati-hati ya, Jiwoo” Changmin pun beranjak meninggalkanku sembari melambai pelan.
“nde.. oppa juga!”
Aku membalas lambaiannya sembari tersenyum. Setelah sosoknya hilang di mataku, aku langsung meneguk habis minuman di tanganku lalu mengambil sepeda yang terparkir tak jauh dariku.

“selanjutnya kemana ya?” gumamku sambil tetap mengayuh.

Mataku menyusuri toko-toko dengan lampu-lampu yang berwarna-warni yang kulalui. Ada toko permen, boneka, dan baju anak-anak yang sangat lucu. Pemandangan ini membuat mataku tidak lagi terfokus ke jalanan, kakiku terus mengayuh sesuai nuraniku.

BRUG!

 Tanpa kusadari  sepedaku menabrak sesuatu dan bunyinya terdengar keras sekali. Spontan aku menarik rem ditanganku
“duh!! A, appo! Hey! Kalau jalan lihat-lihat!” pekik suara nyaring dibawah sana. Aku melongoh kebawah, astaga! Aku menabrak seekor lumba-lumba! Aku pun langsung turun dari sepeda untuk menolongnya.
“Ju,Junsu oppa!! Mi,mianhae!” ujarku terbata melihat posisi terjatuhnya yang tak elit ini. Melihatnya aku berusaha mati-matian menahan tawaku.
“aish.. ternyata kau Jiwoo” ujarnya dengan nada lega.
“nde.. jeongmal mianhae. Apa ada yang terluka?” tanyaku khawatir.
“anniya.. hanya saja, buttku..” Junsu oppa tampak mengelus-elus bokongnya dengan ekspresi kesakitan.
“Omo! Aku telah melukai sesuatu yang berharga dan kebanggan seorang Kim Junsu! Oppa, bagaimana aku menggantinya?” ujarku dengan nada sok khawatir. Melihat ekspresinya sekarang ingin membuatku tertawa terbahak-bahak.
“aish! Ini tidak ada gantinya tau! Sudahlah! Lagian tidak luka kok”
Aku pun membantunya berdiri. Ia menepuk-nepuk celananya agar pasir-pasir jalanan itu bersih darinya.

“sedang apa disekitar sini oppa?” tanyaku.
“aku? A,anni.. aku dari.. tidak dari mana-mana! Kau sendiri?” tanyanya balik.
“tidak ada.. aku hanya sedang butuh udara segar” jawabku tersenyum kecil.
“udara segar bukan malam-malam seperti ini..lagian sepertinya tumben sekali..” Junsu tampak memandangiku dengan tatapan interogasi. Kini kami melangkah bersamaan. Aku menggiring sepeda dan dia berjalan disampingku.
“aku sedang bosan dirumah..” jawabku sekenanya. Dia tertawa renyah.
“biar kutebak. Kau sedang ada masalah, makanya kau jalan-jalan keluar kan?”
“bingo! Yah.. masalah dengan keluargaku. Apa hal seperti itu disebut lumrah?”
Junsu tersenyum kali ini.
“tentu saja! Ibaratkan sebuah bumbu. Di dalam sebuah keluarga pasti ada pertengkaran, kau tidak perlu terlalu cemas, hanya jalani saja dan semua akan kembali seperti biasanya”
Aku menoleh kearahnya.
“kembali seperti biasa?”
“hm! Keluarga bukanlah orang lain dalam hidup kita. Sikap saling mengerti sudah tertanam satu sama lain. Jadi, jika ada sebuah masalah aku rasa tidak serumit dengan masalah bersama teman-temanmu misalnya.. kau mengerti maksudku kan?”
Aku tertunduk sejenak “jadi.. semua akan baik-baik saja?”
“nde, yang kau butuhkan adalah sikap memaafkan atau keberanian untuk meminta maaf. Itulah kunci utamanya”
Sekali lagi aku tertegun.
“arasseo!”
Junsu pun kembali tersenyum.

Tiba-tiba terdengar derap langkah yang sangat cepat menuju kearah kami.
“hey! Kim Junsu!!! Kemari kau! Kau harus membayar bill ini!” seru seseorang yang rupanya Eunhyuk itu. Junsu yang kaget spontan melihat ke belakang.
“sudah kubilang aku tak punya uang untuk mentraktirmu, hyuk-ah!!” ujarnya sebelum kabur dari posisinya.
“ya!! Jangan kabur kau!! Eh, annyeong Jiwoo-ah.. Hey! Tunggu!”mereka pun saling kejar-kejaran sedangkan aku mematung melihat tingkah konyol sepasang sahabat itu.
“ck..dasar!” aku terkekeh pelan sambil geleng-geleng kepala.

Kini aku kembali sendiri, kunaiki sepedaku dan kembali kukayuh sesukaku sampai tiba di dekat jembatan. Pemandangan kota seberang terlihat sangat indah dilihat dari sini. Lampu-lampu kota terpantul di air sungai yang tidak tenang itu. Aku pun turun dari sepeda dan memilih menikmati pemandangan ini lebih lama.

“ha..ha..HATCHIH!!” tiba-tiba saja seseorang mengagetkanku dengan bersinnya yang terdengar merdu itu (?).  Pandanganku memperhatikan orang ini. Mata besarnya tertunduk sedangkan tangannya sibuk memijit-mijit tombol ponselnya. Syal di lehernya menutupi sebagian wajah cantik dengan kulit pucatnya. Ah aku tau orang ini.

“Jaejoong oppa?” sapaku.
“nde? Ah, Jiwoo! Kau rupanya” kini wajah cantik untuk ukuran pria itu terlihat seutuhnya. Senyumnya tampak terukir jelas kearahku.
“sedang apa oppa disini?” tanyaku kesekian kalinya untuk setiap orang yang kutemui.
“umm.. sedang menunggu seseorang. Dan kau?”
“aku sedang menikmati pemandangan kota Seoul di malam hari” jawabku sambil melempar pandangan kearah sungai. Ia pun mengangguk pelan.

“ngomong-ngomong..siapa orang yang oppa tunggu?” tanyaku kemudian.
“ah..itu..” Jaejoong tampak menggaruk pipi pucatnya. Tiba-tiba suara seseorang mengejutkan kami.
“yo! Joongie-ah..mian aku telat!”
“Yunho oppa!” ucapku setengah kaget.
“oh, Jiwoo! Kau disini juga rupanya!” ujar Yunho sambil menepuk pundakku.
“ah..sudah kuduga, ternyata orang yang ditunggu Jae oppa adalah Yunho oppa” kataku sambil menyikut tangan Jaejoong. Ah lucu sekali. jaejoong tampak malu-malu dan menyembunyikan wajahnya yang merona dibalik syal putih itu.
“Jae, apa kau marah? Mian tadi ada urusan yang harus kuselesaikan makanya aku telat” Yunho tampak memandangi wajah Jaejoong yang tersembunyi dibalik syalnya. Kemudian Jaejoong pun menyembulkan wajahnya keluar dan mem-pout-kan bibir cherrynya. Imut sekali!
“Yunho oppa! Jae oppa menunggumu sampai bersin-bersin lho!” ujarku kemudian.
“mwo! Jeongmal? Jae, gwaenchanakka?? Kau sakit ya?” paniknya sambil memegangi kening Jaejoong.
“anniya! Aku baik-baik saja!” seru Jaejoong sambil menepis tangan Yunho. Wow, baru kali ini aku melihat Jaejoong merajuk, dan terlihat sangat lucu!

“Joongie..”
“kau! Aku menunggumu sejak jam 7 tau! Kemana saja kau?!Dan lagi.. Kenapa tak mengangkat telponku hah? Sms juga tidak dibalas! Kau mau membuatku mati khawatir, huh?” oh God.. ternyata random facts DBSK yang selama ini kubaca benar. Omelan Jaejoong seperti ibu-ibu.

“bukan begitu! Aku harus menyelesaikan urusan-urusanku di studio! Jika aku meninggalkannya begitu saja, crew SM akan curiga. Aku sangat sibuk jadi tidak bisa membuka ponsel” jelas Yunho. Jaejoong masih saja cemberut.
“baiklah, kalau kau masih mau marah terserah saja. Aku tidak apa-apa..aku akui ini salahku..” Yunho tampak memandangi Jaejoong dengan memelas. Sedangkan aku masih tertegun melihat pemandangan di depan mataku saat ini. Aku seperti menonton drama saja.
“kau berkata jujur kan Yun?”
Yunho mengangguk mantap “percayalah padaku Boo..”
“aish! Jangan memanggilku seperti itu didepan orang lain!” tampak wajah Jaejoong memerah.
“wae? Kau tidak suka, Boo?” goda Yunho lagi.

Untuk kesekian kalinya aku bersyukur bisa melihat adegan momen  YunJae secara langsung seperti ini. Jarang-jarang aku melihat mereka selepas ini. Benar-benar couple yang membuat semua orang iri. Tapi.. sepertinya aku tak bisa lebih lama lagi disamping mereka.

“anu.. sepertinya aku harus pergi”
“ah, tidak mau ikut jalan-jalan dengan kami?” tawar Yunho. Ada-ada saja, masa aku disuruh ikut? Okelah, anggap saja itu basa-basi.
“anni, gomawo.. nanti aku malah mengganggu” ujarku sambil nyengir nakal.
“m,mwo?” seru keduanya bersamaan kemudian dilanjutkan dengan aksi salah tingkah.
“hahaha.. baiklah aku pergi dulu! Have a sweet night you both” kataku terakhir kali sambil mengerling nakal dan meraih sepedaku lalu mengayuhnya menjauh dari mereka.

“hihihih..” cekikikku yang membayangkan wajah YunJae sekarang.
Aku kembali focus ke jalanan. Sekarang kemana ya? Sudah jam 8.30 malam. Apa aku sebaiknya pulang saja? Baiklah, sebaiknya aku kembali sebelum orang-orang rumah menuduhku melarikan diri. Aku pun memutar sepedaku menuju arah aku berasal. Sesaat aku merasakan sepeda yang kukayuh perlahan semakin berat. pedal yang kukayuh semakin sulit berputar. Aku pun berhenti, dan melihat ke ban belakang.

“hyaa! Bocor!” teriakku spontan. Bagaimana ini? Ban sepedaku bocor, padahal perjalanan ke rumahku masih sangat jauh. Tiba-tiba aku merasakan tetes air jatuh di punggungku, tetesan-tetesan air itu pun semakin banyak turun dari langit.

“hwaaa! Hujan!!” buru-buru aku menggiring sepedaku ke pojok sebuah bangunan dan berteduh disana. Bajuku agak basah, membuatku semakin kedinginan. Sial sekali aku malam ini.
“bagaimana aku pulang nih?” gumamku sambil menggigil.
“siapa suruh keluar sendirian malam-malam!!” seru seseorang dibelakang. Suara husky ini.. tidak salah lagi!

“kau ini! Bisa-bisanya keluar seenaknya sendirian. Ini sudah malam tau! Tidak pakai jaket lagi. kau mau masuk angin?” omel orang ini bertubi-tubi.
“ya! Jangan mengomel seenaknya! Aku kan tidak tau kalau malam ini akan hujan!” omelku balik. Aku memandangnya kesal, datang tiba-tiba langsung mengomel seperti itu malah memperburuk suasana. Aku pun berpaling dan mengacuhkannya lalu merapatkan kedua tanganku agar hangat.
“ck.. “ decihnya sambil melepas jaket yang dipakainya “pakai ini!” suruhnya.
“nggak butuh..” responku dingin.
“nanti kau masuk angin”
“biar..”
Ia tampak memutar matanya. Sepertinya ia mulai kesal melihat responku yang dingin. Ia pun menyibakkan jaketnya dan melampirkannya dipundakku. Kaget, tentu saja. Aku merasakan pipiku menghangat seketika.
“dasar! Susah sekali diatur” gumamnya. Tanpa sengaja tanganku tersenggol olehnya.
“ya ampun! Tanganmu seperti mayat!” serunya sambil memegangi telapak tanganku.
“a,aku..”
“ayo! Kau harus segera dihangatkan!” Ia langsung menarik tanganku dan seketika wajahku semakin memanas saat itu juga. Ia membawaku kesebuah café yang tak jauh dari tempat kami. Letaknya juga tak berseberangan, jadi kami tidak perlu basah-basahan karena air hujan.

~
“hah~ hangatnya..” legaku setelah menyeruput segelas coklat panas. Gelas itu kugenggam erat-erat supaya hangatnya berpindah ke tanganku
“jadi..sedang apa kau malam-malam begini?” tanya pria bernama lengkap Park Yoochun di depanku ini.
“hanya jalan-jalan..” jawabku.
“apa terjadi sesuatu?” tanyanya lagi. pandangannya menerawang. Aku menghela nafas panjang.
“ya..”
“sesulit itukah masalahmu?”
“anni..aku hanya bosan dirumah dan ingin keluar untuk menyegarkan pikiranku”
Ia menyenderkan punggungnya di senderan kursi dan melipat kedua tangannya.
“masalah keluarga,eh?” tebaknya. Terkadang aku heran, kenapa setiap tebakkannya tentangku selalu benar? Apa dia memasang spy monitor di kamarku?
Aku pun mengangguk tanpa membalas tatapannya.
“dan kau memilih untuk keluar rumah sampai larut malam begini. Keluargamu pasti khawatir! Tindakanmu ini bisa saja membuat masalah semakin rumit”
“itu benar.. tapi bisakah oppa berhenti menyalahkanku? Aku keluar rumah hanya untuk menyegarkan pikiranku yang penat!”
“baiklah, tapi apa kau sudah menelpon mereka? Belum kan? Jiwoo, umurmu masih 15 tahun dan kau adalah anak bungsu di keluargamu! Apa kau tidak memikirkan perasaan mereka yang khawatir denganmu yang belum juga pulang sampai malam begini?!”
“sudah kubilang ini diluar dugaanku!!!”

Yoochun terdiam. Ia memandangiku dengan rasa khawatir sekaligus kecewa. Tanpa terasa air mataku terbendung dan menetes begitu saja. Aku tak kuasa lagi menatap wajahnya.
“gomawo sudah mengajakku kesini” aku bangkit dari posisi dudukku dan segera bergegas meninggalkannya.
“Jiwoo!”

Tanpa menoleh, aku terus memantapkan langkahku menuju luar café. Hujan sudah mereda, sebaiknya aku ambil sepedaku yang teronggok begitu saja di tempat tadi dan segera pulang seperti apa yang ia mau.
Tiba-tiba saja seseorang menarik tanganku dan membuat langkahku tercegah.
“tunggu!”
“ada apa lagi? bukankah oppa mau aku pulang?” ujarku ketus.
Yoochun menghela nafas panjang “ikut aku”
Lantas ia menarik lagi tanganku dan membawanya entah kemana.
“sakit! Lepaskan!” tepisku.
“bisakah kau sedikit mengurangi sikap keras kepalamu itu?!” ujarnya dengan nada tinggi, membuatku tersentak seketika.
Aku tertunduk, menyembunyikan wajahku darinya dan meneteskan bulir-bulir air mata dari sudut mataku.

“kenapa? Kenapa kalian semua terus saja menyalahkanku, memarahiku seperti ini?! Aku sudah muak!” teriakku sambil terisak.
“aku hanya butuh ketenangan! Pertengkaranku dengan keluargaku cukup membuatku stress. Aku sangat kacau hingga aku berpikir lebih baik aku meninggalkan mereka sementara dan melupakan semuanya. Tapi kau malah datang dan membuatku semakin kacau!”

“. . .”

“mian.. tapi aku tak bermaksud begitu..” suaranya terdengar semakin mendalam.
Aku masih saja terisak dan tak juga mengangkat kepalaku.
“Jiwoo dengar aku..”
“. . .”
“aku tak ingin masalahmu semakin besar. Keluargamu pasti khawatir dirumah”
“. . .”
“pulanglah, dan minta maaflah pada mereka”
Aku menggelang.
“ini semua bukan salahku” jawabku. Sesaat ia kembali menghembuskan nafas beratnya.
“dengar.. apapun itu masalahmu dan siapapun yang bersalah, tapi kau harus memaafkan dan minta maaf pada mereka”
Aku tak merespon apapun, tapi kini isakanku sudah mulai berkurang.
“Jiwoo, kau tau? Apa penyebab utama sebuah pertengkaran pada sebuah keluarga, sahabat, atau sepasang kekasih?”
Aku mencoba mencerna kata-katanya, dan kemudian menggeleng pelan. Ia memegang daguku dan mendongakkan wajahku dengan pelan. Ia menatapku dalam, mata beningnya menatap mataku yang memerah dan sembab karena air mata.

“cinta..” ujarnya.
Aku menatapnya heran. Ia menyadari kalau aku tak mengerti apa maksudnya.
“sebuah hubungan, baik itu keluarga, sahabat dan kekasih semua berdasarkan oleh cinta. Dan cinta juga di ekspresikan melalui ini.”
“. . .”
“kekhawatiran, mereka tak ingin kau berbuat sesuatu yang dapat merusak hubunganmu dengan mereka atau pun merusak dirimu sendiri. Lalu kau yang merasa tidak terima lantas memberontak dan berakhir pertengkaran, benar begitu kan?”
Aku tersentak, Yoochun oppa.. kenapa seakan kau tau apa masalahku?
“ketahuilah, mereka sangat menyayangimu, makanya tidak ingin kau berbuat salah. Tidak ada sebuah keluarga yang ingin mencelakakan anggotanya sendiri.”
Aku terus saja memandanginya.
“demikian juga dalam suatu hubungan cinta. Ada kecemburuan, perbedaan pendapat, ataupun kesalahpahaman. Tapi ketahuilah, semua itu berdasarkan cinta. Dan itu semua dapat terselesaikan jika saling mengakui kesalahan dan saling memaafkan.”

Itu benar.. ya, aku kembali teringat momen YunJae beberapa saat yang lalu.

“keluargamu begini.. karena menyayangimu”
Aku kembali tertunduk dan tanpa terasa air mataku menetes lagi. tiba-tiba saja aku merasa bersalah, ya..aku sangat-sangat merasa bersalah.

“Jiwoo?”
“apa..apa mereka akan memaafkanku?” tanyaku sambil terisak. Sekejap kemudian aku merasakan dekapan hangatnya. Ia melingkarkan tangannya di badanku dan membiarkanku menangis di dada bidangnya. Ia kemudian melepaskan pelukannya dan mengangkat wajahku.
“tentu..”
Air mataku terus saja menetes. Kalut bercampur deg-degan yang kurasakan sekarang.
“hey.. stop crying”
CHU~
Mwo?!
Aku terbelalak. Aku melihat matanya yang terpejam itu sangat-sangat dekat, dan lagi.. ia menempelkan bibirnya pada bibirku tanpa izin.
Tak lama kemudian ia melepaskan bibirnya dariku dan..smirking.

“CHUN OPPAAAA!!!”



END


woahaha.. gimana? datar ya?
ini Lan bikin pas lagi ada masalah beneran di keluarga hehe.. sedikit terbuka ga papa lah ya.
kok fanficnya straight terus? *nanya sama diri sendiri*
yah, sebenernya lan udah ada simpenan ff Yunjae bergenre horor, tapi..kendalanya, biasa.. MENTOK! alias ga ada hidayah buat ngelanjutinnya. padahal banyak sekali ide" fanfic yang berserakan di kepala saia.. hoho..
sudahlah.. cuma ini yang bisa saia sajikan. tunggu ff selanjutnya yaa~