Welcome!!

Annyeong fanfict lovers!!

Blog ini aku buat khusus Fanfict dari idola-idola kita sampai anime juga. Blog ini lagi masa debut jadi postingannya belum terlalu banyak. Tapi authors bakal bikin banyak ff yang keren2 deh!

mohon kerjasamanya buat kemajuan blog ini. And don't forget to leave comment(s) after read this blog!!

thanks... (_ _)

Lists

FF|I'm Not Her|我不是她|

Genre: romance, Chapter 1a-2b
status: in progress

FF/Don't say goodbye/

genre: PG15/Romance teenager/straight/Chapter 1-10(end)
status: complete

FF/Don't say goodbye/Bonus Chapter

genre: PG15/Romance teenager/straight

FanFict/Utakatta Hanabi/Anime Naruto/1shoot

genre : romance, 1 shoot

FanFict DBSK/Together/comedy/

genre: comedy/teenager/friendship Chapt1
status: in progress

Fanfic || more than a teacher || 1shoot part1-2(end)

genre: teenager/romance

The murderer is my secret admirer

Rat : NC 17( violence)/one shoot/straight yoosu

goodbye my lover


cast :yunjae and others
rat :NC 17
mention : mpreg,angst,violence, 1shoot

Let U Go

pairing: yunjae n other
Rating: PG13/Yaoi
Genre: Romance, angst, 1shoot

dreaming in ‘bolong’ afternoon

special fanfict
status: complete

SAME but DIFFERENT

special fanfic
status: complete

You only love my love | Straight | DB5K

genre: T / Romance Hurt
status: in progress

Kamis, 18 Agustus 2011

Fanfiction: You Only Love My Love | Straight | Chapt4

Pairings :
- author as Shim Jiwoo
- Park Yoochun
- Han Sookyo
- Shim Changmin
- etc.
genre: Romance/hurt, T+, Teenager16+/multi pairings

[Chapter 4]


[Changmin’s pov]

Aku memarkirkan mobilku di depan studioku. Kalau malam begini tidak akan ada yang mau marah kalau aku seenaknya parkir didepan pintu masuk seperti ini. Yang aku harapkan adalah tidak ada yang mengomeliku karena meninggalkan pekerjaanku yang terbengkalai saat ini. Terlebih lagi asistenku yang cerewet itu.

Kriiiieett~~

Aku membuka pintu ruang kerjaku dengan sembunyi-sembunyi. Hey, tidak seperti tadi siang, ruanganku kini sudah rapi. Kertas-kertas dan lembar foto tersusun rapi ditempatnya. Siapa yang merapikannya? Jangan-jangan..

“hei!! Darimana saja kau!!?”

“aa—ah.. mianhae..mian..!!” spontan aku mengangkat kedua telapak tanganku dan berpose seperti pencuri yang tertangkap polisi.

“minta maaflah pada Sookyo!”. Tunggu, ‘minta maaf pada Sookyo’? lalu ini siapa?

“apa-apaan ekspresimu itu?”

“o,ooh.. Jaejoong hyung, kau rupanya! Kau mengagetkanku! Ngomong-ngomong.. mana Sookyo?”

“dia sedang istirahat di sofa. Dia sangat kelelahan sampai tumbang begitu” jelas Jaejoong hyung.

Berarti yang membereskan ruanganku yang super berantakan itu dia? Pantas saja. Lagipula sejak siang dia juga terlihat sangat sibuk . aku menghampiri sofa marun panjang di dekat ruanganku. Ya,Sookyo tampak sangat kelelahan, kelihatan dari cara tidurnya yang berantakan.

“nyenyak sekali ya?” gumamku pelan. Tanpa perintah tanganku mengelus-elus rambut hitamnya. Entah mengapa juga, tiba-tiba bibirku menyunggingkan sebuah senyum.

“umm..” Sookyo mulai grusah-grusuh dan kini duduk tepat dihadapanku. Apa aku membangunkannya?

Tiba-tiba ia tertunduk dan menjatuhkan kepalanya di pundakku. Aku sedikit merinding karena nafasnya berhembus di tengkukku.

“apa.. Changmin oppa sudah.. kembali? Zzz..”

Anak ini mengigau rupanya. Sebegitu lelahnya kah dia sampai tidak tau kalau aku sudah didepannya? Tidurnya juga semakin nyenyak. Tapi aku tidak mungkin meninggalkannya menginap disini.

“mau membawanya pulang?” tanya Jaejoong hyung yang melihatku sedang menggendong Sookyo dengan bridal style. Para kru yang lain juga melihatku terheran-heran. Aku hanya mengangkat kedua pundakku sambil tersenyum singkat lalu melengos menuju mobilku.

~

[Sookyo’s pov]

Seoul city, 10am

Tik..tok..tik..tok..

Sayup-sayup aku mendengar detik jam tepat di sebelah telingaku. Sedikit demi sedikit kelopak mataku terbuka. Seberkas sinar mentari yang masuk melalui celah-celah gorden itu menyilaukan mataku. Perlahan mataku terbuka sempurna, namun pikiranku masih seperti di awang mimpi. Telapak tanganku yang menyentuh kasur merasakan sesuatu yang asing bagiku. Kasur ini lebih lembut dan dingin dari biasanya. Mataku menerawang langit-langit kemudian beralih ke jendela. Ini bukan kamarku!. Telingaku mendapati suara dengkuran halus namun berat. Tiba-tiba sebuah tangan kekar memeluk perutku dari belakang. Aku berbalik, betapa kagetnya aku saat mataku juga menemukan sesosok pria bertelanjang dada masih tertidur pulas dengan wajah baby facenya.

“GYAAAAAAAHHHHH!!!!”

“WAAAAA!! Apa?! Ada apa?!!” kaget orang di sebelahku ini sambil melonjak dari posisi tidurnya. Sangat lucu kalau melihat ekspresinya.

“ke,kenapa aku ada disini?!!” tanyaku histeris sambil memalingkan mataku sosoknya yang setengah telanjang itu.

“semalam kau ketiduran di studio. Aku tidak enak membangunkanmu jadi kau kubawa kemari saja..” jelasnya sambil memakai kaosnya. Wajahku panas, pasti sudah sangat merah karena melihatnya bertelanjang dada tadi. Dan lagi, semalam penuh aku tidur seranjang dengannya! Dengan Shim Changmin!! astaga seandainya terjadi sesuatu tadi malam.. aish! Apa yang kupikirkan?!

“kau mau sarapan apa?” tanyanya yang sudah bangkit dari ranjang. Hey, lucu sekali melihatnya memakai celana piyama dengan rambut yang masih acak-acakan dan muka bantal seperti itu.

“apa saja..” jawabku seraya menahan senyum di bibirku.

“baiklah kalau begitu. Turunlah kalau mau sarapan”

Aku pun menurunkan sepasang kakiku ke lantai dan terduduk di pinggir ranjang dan bersiap mengikutinya. Tapi kenapa dia malah melihatku tajam seperti itu?

“. . tutup dadamu, nanti masuk angin..” katanya tiba-tiba. Aku terbelalak dan menunduk melihat 3 kancing bajuku yang tidak terkait. Astaga! Dalamanku terekspos! Wajahku memerah, Tuhan.. aku malu sekali! tapi orang ini malah melengos dengan wajah datar. Dengan kesal aku melemparkan bantal kearahnya.

~

“selamat makan..” seru kami berdua seraya menjepit sepasang sumpit diantara kedua telapak tangan kami. Tampak si jangkung di depanku ini melahap makanannya bagai kudanil kalap. Sementara aku hanya terkikik pelan.

“hmm! Enak juga! Walaupun hanya masakan kemarin yang dipanaskan” ujarku sambil sedikit terkekeh.

“menurutku semuanya sama saja” sahutnya sambil meneguk segelas susu. Dasar monster makanan. apa ia tidak sadar mulutnya bercelemotan susu begitu?

“mulutmu bercelemotan!” spontan tanganku mengulurkan serbet dan tanpa perintah mengelap sudut-sudut bibirnya yang putih karena susu. Sesekali jemariku menyentuh bibirnya dengan pelan, semakin perlahan dan sentuhan itu semakin melembut, dan semakin lama aku sadar akan apa yang kulakukan. Aku bisa merasakan deru nafasnya, kami dekat sekali! dan kini kami hanya terdiam mematung.

Degup jantungku berdetak sangat cepat saat ini.

Tiba-tiba tangan kekarnya menggenggam tanganku yang masih terdiam di dekat bibirnya. Hangat.

“ah.. gomawo..” katanya dengan senyum. Aku langsung menurunkan tanganku.

“ne..” aku hanya bisa menjawab sekenanya lalu berbalik dan berusaha rileks.

“biar aku cuci piringnya” ujarku tanpa memandangnya sedetikpun lalu membereskan meja makan. Saat aku sedang mengangkat piring-piring kotor tanpa sengaja aku menumpahkan sisa susu tadi. Tumpahan itu bercecer di lantai putih dapur ini.

“sudah, biar aku yang mengepelnya” kali ini Changmin yang turun tangan. Aku mengiyakan dan melangkah menuju tempat cuci piring.

Beberapa menit kemudian setelah aku menyelesaikan aktifitas cuci piringku, aku pun berjalan melewati meja makan tadi. Tampak Changmin oppa masih sibuk mondar mandir dengan pel di tangannya. Masih belum siap juga?

“oppa ya! Kenapa dari tadi belum si..”

“Sookyo! Awas licin!”

CYIIT! Aku merasakan kakiku yang baru saja memijak lantai licin ini melayang kebelakang, diikuti tubuhku yang jatuh kedepan. Astaga aku terpeleset!

GREP!

“oppa!! Kenapa lantainya jadi tergenang begitu?!”

“a,anu..mian..” ucapnya terbata-bata. Hey, aku bisa melihat bayangan wajahku dimatanya sekarang. Dan.. sepasang tangan terasa membalut punggungku. Tanganku sendiri tampak melingkar dengan nyaman di lehernya. Dan wajah kami.. sangat sangat dekat! Lagi, kami mematung dengan posisi seperti ini.

Namun tiba-tiba..

“Changmin chagi.. kenapa pintu depan tidak terkunci..”

DEG!! Seorang gadis masuk tanpa permisi dan menembus dapur sampai akhirnya matanya menemukan sosok kami.

Dia.. Yeonhee! Astaga! Kenapa dia bisa datang di saat seperti ini?!

Dia tampak kaget dengan posisi kami berdua. Sangat kaget hingga ia terpaku dengan mata terbelalak. Dengan sigap aku langsung melepas tanganku yang mengalung di leher Changmin oppa dan memberi jarak dengannya.

“a—anu..”

“hai, Yeonhee-ah! Kenapa tidak bilang-bilang datang kemari?” sela Changmin oppa. Berusaha tampil biasa di hadapan Yeonhee yang kini sudah memasang wajah dan tatapan yang mengerikan. Sudah kuduga ini akan terjadi. Tapi tadi itu kan kecelakaan!

“oh.. jadi sekarang kau ‘bermain’ dengan asistenmu?!” seru Yeonhee dengan aura syok yang masih tidak terlepas dari wajahnya.

“apa maksudmu? Ini tidak seperti.. Yeonhee-ah!!!” Changmin oppa kini berlari mengejar sosok wanita itu. Sedangkan aku hanya berdiri beku di tempatku. Ada satu fakta yang kini melayang di otakku, kabar tentang hubungan Changmin dan Yeonhee itu ternyata benar.

Sakit, perih, hati dan pikiranku seakan disobek-sobek oleh fakta yang tak bisa kuelakkan itu. Dan sekarang posisiku adalah pisau yang menggores hubungan mereka sekarang ini. Jika Yeonhee meminta berakhir, Changmin oppa pasti akan merasa sakit. Dan parahnya, bagaimana jika oppa malah membenciku?

aku juga turut merasa kacau. Tetesan air bening dari mataku membasahi lantai. Apa sebaiknya aku pasrah saja?

TBC

next chapt5>>>>

Fanfiction: You Only Love My Love | Straight | Chapt3

Pairings :
- author as Shim Jiwoo
- Park Yoochun
- Han Sookyo
- Shim Changmin
- etc.
genre: Romance/hurt, T+, Teenager16+/multi pairings

[Chapter 3]


Siang itu Jiwoo memang sedang bersama laki-laki yang seumur dengan Yoochun. Bukan selingkuhannya. Laki-laki itu temannya yang memperkenalkan Yoochun padanya. Mereka sangat akrab, dan lagi mereka punya hobi yang sama. Jadi Jiwoo selalu mengandalkannya jika ia butuh teman untuk jalan-jalan.

“Junsu oppa! Ppali! Nanti kau kutinggal!” teriak Jiwoo yang sudah didalam taxi.

“iya iya!” Junsu terlihat tergopoh-gopoh membopong belanjaan yang penuh ditangannya.

“kenapa kau belanja sebanyak ini sih?”

“kau tidak bisa memilihkannya untukku jadi aku beli saja semua!” balas Jiwoo.

Taxi pun melaju cepat.

Kono machi de.. meguri atta..

Ima mo wasurenai yo.. ano hikara..

Klik!

“yeoboseo?”

“yeoboseo Jiwoo-ah. Changmina yo..” jawab seseorang di seberang sana.

“oh Changmin oppa!” Jiwoo sedikit melirik kearah Junsu.

“malam ini kau ada acara?”

“umm, anni.. wae gurae?”

“bisakah kita bertemu di Shinki café pukul 7 malam ini?”

“ah.. tumben sekali oppa mengajakku bertemu. Bukankah oppa selalu sibuk?”

“sebenarnya iya. Tapi seseorang memaksa untuk bertemu denganmu”

“se-seseorang?”

“sudah ya.. sampai jumpa nanti malam”

Tut..tut..tut..

‘seseorang? Siapa?’ bathin Jiwoo. Ia bertanya-tanya sendiri sementara Junsu hanya melihatnya heran.

[Jiwoo’s pov]

06.25pm

Aku menyisir rambut pendekku perlahan. Menatanya dengan rapi dan bentuk yang sempurna. Mataku memperhatikan detail pakaian yang kukenakan di cermin. Tak lupa riasan sederhana yang menempel di wajahku. Aku meraih parfum Channel di meja riasku, menyemprotkannya ke sudut-sudut pakaianku. Aku kembali melirik pantulan diriku di cermin.

“perfect!” gumamku sambil tersenyum sendiri.

Aku memakai boot kat putih kesayanganku lalu melangkah keluar apartemen.

“taxi!” seruku.

Sesampainya disana aku sedikit mengedarkan pandanganku. Shinki café ini memang termasuk kategori café mewah yang romantis. Siapa gerangan yang menungguiku ditempat seperti ini? Maksudku orang yang diceritakan Changmin oppa.

Aku menggubris pertanyaan-pertanyaan di kepalaku untuk sesaat dan melangkah masuk café ini. Aku menelusuri meja-meja pengunjung, mencari sosok bernama Changmin.

“Jiwoo!” tampak sosok yang kucari sedang melambaikan tangannya kearahku. Dia duduk didekat teras café, pantas saja tidak kelihatan. Aku langsung menghampirinya. Dekat, semakin dekat.. aku bisa melihat seorang pria disebelahnya. Aku semakin penasaran dan melangkah lebih dekat hingga kini aku didepan mejanya. Aku bisa melihat jelas sosok didepanku. Aku terbelalak.

“kau masih mengenal dia kan Jiwoo?”

Aku hanya terdiam seribu bahasa. Aku tak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyapanya, padahal bisa saja kata-kata seperti “tentu saja” atau “hai!” meluncur dari bibirku, tapi entah kenapa rasanya lidah ini kaku mendadak. Aku masih tidak percaya aku bertemu dengan orang ini.

“annyeong, Jiwoo-ah!” sapa orang itu. Suara itu, ukiran bibir itu, semringai itu, tatapan mata itu, sesuatu yang pergi 2 tahun yang lalu dan kini muncul lagi dihadapanku. Semua yang ada di dirinya, yang sempat kurindukan, dan membuatku hancur karena kepergiannya. Dia, Jung Yunho. Sebuah memori yang sudah kubuang jauh-jauh dan kini dengan mudahnya kembali merasuki pikiranku.

“duduklah..”

Aku tersentak dari lamunanku dan menggerek kursi untuk kududuki. Sedikit terasa rileks namun tak menghapuskan rasa gugupku.

“mau pesan sesuatu, Jiwoo?” tawar Changmin oppa.

“oh, umm.. Mocca-latte” pesanku.

“favoritmu masih sama seperti dulu ya..” ujar Yunho dengan tatapan teduh padaku.

DEG!

“ah.. ya..” aku menjawab sekenanya. Padahal hatiku sudah sangat kacau dengan kata-katanya. ‘Seperti yang dulu’, seolah-olah dia juga mengatakan kalau aku adalah miliknya DULU. ‘Dulu’.. akh.. kenapa rasanya dadaku terasa sesak?

“oh ya, aku harus kembali ke studio. Asistenku bisa sangat rewel jika aku meninggalkannya terlalu lama. Kalian kutinggal tidak apa kan?”

“gwaenchana Changmina..” Yunho tampak menjawabnya dengan mantap. Berarti setelah ini hanya kami berdua saja?

“baiklah.. aku duluan ya!” Changmin beranjak namun sempat mengedipkan sebelah matanya padaku. Apa maksudnya? Kini hanya kami berdua. Aku tidak berani membuka topik pembicaraan duluan. Aku hanya sibuk mengaduk-aduk Mocca-latte ku. Setidaknya aku berhasil mengalihkan pandanganku darinya.

“bagaimana keadaanmu?”tanyanya memecah keheningan.

“baik, oppa?”

“baik.. apalagi setelah bertemu denganmu” jawabnya santai.

Kami sedikit melakukan konversasi. Dia masih hangat, seperti dulu. Tanpa terasa waktu 1 jam kami lalui dengan saling berbincang. Aku mulai terbiasa dengannya. senyumnya menenangkan hati. Hangat, seperti dulu. Tawa itu juga, semuanya.. aku merasa bernostalgia dengannya.

“Yunho oppa. Sudah jam 9, sepertinya aku harus pulang sekarang” pamitku.

“oh, baiklah.. mau kuantar?” tawarnya.

“anni.. tidak usah. Lagiankan oppa juga tidak ada kendaraan, tidak usah repot-repot. “ tolakku. Kami pun beranjak dari meja kami dan keluar dari café.

Aku berdiri di pinggir trotoar diikuti Yunho dibelakangku.

“kenapa tidak ada taxi yang lewat?” eluhku. Aku mendongakkan kepalaku ke kiri dan kanan. Sama sekali tidak ada yang lewat, kalau pun ada pasti sudah ada penumpangnya.

“aku pesan saja kalau begitu” aku pun mengeluarkan ponsel dari tasku. Memijit beberapa nomor kemudian menempelkan ponsel di telingaku.

Tut..tut..

Panggilanku masih saja belum diterima, kenapa aku jadi gelisah begini?. Tiba-tiba.. BRUK! Seseorang dengan tak sengaja menyenggeol lenganku yang sedang memegang ponsel. Lengan kananku terpental secara spontan dan mencampakkan ponsel di genggamannya. Ponselku terjatuh di dekat aspal. Tanpa berpikir aku langsung berusaha menggapainya, mengarahkan jariku ke Nokia yang kini tergeletak di aspal dengan cepat, tanpa mengetahui sebuah sinar lampu mobil mengarah mendekat padaku.

“Jiwoo!” teriak seseorang yang kuyakin itu Yunho.

CKIIIT…!

GREP!

“. . .”

“hosh..hosh..”

“. . .”

“Jiwoo, are u ok?”

Aku membuka mataku. Sebuah tangan kekar melingkar ditubuhku, dada bidang ini..hangat dan nyaman. Tapi rasanya bukan pertama kalinya aku merasakannya. Aku mendongak.

“Yunho..oppa..”

“kau ini.. hampir saja kau ditabrak tadi..”

Dia.. menyelamatkanku, menarikku dalam pelukannya. Pelukan ini, sangat aku rindukan.. Aku membalas pelukannya. Semakin erat.. semakin erat.. aku tak mau kehilangannya lagi.

Aku bisa merasakan tangan hangatnya menutup telingaku, jemarinya menyisipkan helaian rambutku. Tangan ini memaksaku untuk mengangkat wajahku. Perlahan aku merasakan sesuatu menyapu bibirku lembut. Ciumannya lembut.. seperti..

Yoochun

DEG!

TBC

next chapt4>>>>

Fanfiction: You Only Love My Love | Straight | Chapt2

Pairings :
- author as Shim Jiwoo
- Park Yoochun
- Han Sookyo
- Shim Changmin
- etc.
genre: Romance/hurt, T+, Teenager16+/multi pairings

[Chapter 2]

“temanmu ya, oppa?” tanya gadis itu.

“ya! Eh, bukan! Dia kakak kelasku saat SMA. Dia sudah seperti hyungku. Namanya Yunho.” Jelasnya. Gadis itu hanya manggut-manggut.

“kau, cepatlah pulang! Besok kita akan sangat sibuk! Asian Magazine akan terbit dalam waktu dekat” ujar pria itu.

“siapa model kita besok?”

“Yeon Hee”

Wajah gadis itu berubah drastis. Cemberut.

“hahaha! kenapa wajahmu begitu, Sookyo! Sudahlah! Ayo kuantar kau pulang” pria itu menggosok-gosok tangannya di rambut gadis itu. Sekilas gadis itu pun merona.

~

At Incheon airport, Seoul. June 5th 20XX

12.05 pm

Seorang pria dengan hoodie abu-abu dan earphone menyangkut ditelinganya berjalan di tengah-tengah kerumunan manusia di bandara Incheon ini. Sesekali ia mengedarkan pandangannya. Lalu berjalan mantap sambil menggerek koper hitam Apollo nya. Langkahnya terhenti setelah berhasil menembus lalu lalang manusia di sekitar bandara, tepat di bagian depan gedung bandara. Tempat setiap orang atau wisatawan asing menunggu taxi. Telunjuknya terayun ketika sebuah taxi tak berpenumpang berlalu dihadapannya. Taxi itu berhenti dan pria itu langsung memasukinya.

“kemana, tuan?” tanya sang supir.

“studio Dongbang Shot. Tapi sebelumnya antarkan aku ke supermarket terdekat” ujar pria itu.

Tanpa basa-basi lagi taxi itu pun melesat ketujuan yang sudah dipinta sang penumpang. Tanpa melalui rute yang berkelok-kelok, taxi itu tiba didepan sebuah supermarket.

Sebuah kaki bersepatu Reebok itu mengawali langkah sang penumpang dan diikuti kaki lainnya. Ia pun masuk market itu dan memilah-milah barang yang akan dimasukkan ke menu belanjaannya.

“Junsu oppa!! Bayar dulu baru boleh dimakan!” teriak seorang gadis nyaring.

“hey! Aku barusan membayarnya di kasir, tahu!” elak seorang pria yang diteriaki gadis tadi.

Pria satu ini menyeringai melihat apa yang ada di matanya. Bukan pemandangan antara pasangan itu. Lebih tepatnya pada sosok gadis itu. Entah apa yang ada dipikirannya. Dengan segera ia memasukkan belanjaan terakhirnya dan melesat ke tujuan terakhirnya.

At Dongbang Shot Studio

[Sookyo’s pov]

“yak! Lihat ke kiri sedikit! Bagus! Sekarang ganti posisi!”

Suara ini, Changmin oppa. Terus berulang-ulang terngiang di otakku. Suara kamera itu juga ikut mendampingi setiap instruksinya. Mataku tak lepas dari sosoknya sejak tadi. Bagaimana posisinya mengambil gambar, cara tangannya memegang kamera, runtutan instruksinya, semuanya dilakukannya dengan lihai sebagai seorang professional. Aku yang memperhatikannya sejak tadi hanya bisa berdecak kagum walau dalam hati. Apalagi saat melihat hasil foto yang diambilnya. Benar-benar berseni.

Tapi aku sedikit cemburu. Ah, tidak! Aku tidak tau entah apa yang aku pikirkan. Aku hanya tidak senang saat oppa mengambil gambar model yang sedang berpose didepannya seperti sekarang ini, ya dia Lee Yeon Hee. Dari berbagai model perempuan yang pernah difotonya, hanya dialah yang membuatku iri. Mungkin sejak gossip itu.

“kau tau, Sookyo? Katanya Changmin oppa dan YeonHee-ssi punya hubungan khusus loh!”

“a,apa?”

“haahh payah! Dari sekian banyak model seksi yang pernah dipotretnya ternyata Yeonhee-ssi yang berhasil mengalihkan pandangan Changmin oppa!”

“a,aku sama sekali tidak pernah tau hal itu..”

“ck, kau ini kan asistennya! Masa tidak tau? Changmin oppa dan Yeonhee-ssi itu tidak hanya sebatas fotografer dan model. Bahkan katanya ada yang pernah melihat mereka berciuman!”

DEG!

Rasanya begitu sesak mengingat kata-kata itu. Well, itu hanya gossip. Tapi bagaimana pun gossip itu muncul juga karena ada sesuatu. Lagipula soal mereka berciuman itu.. akh! Aku sama sekali tidak bisa memberikan komentar seperti apa. Yang aku mengerti dari perasaanku adalah, kalau aku jatuh cinta pada seniorku itu.. Shim Changmin.

BRAK!!

“hey! Changmin yah! Kau disini?” seorang pria tampan bertubuh tinggi tegap memasuki ruangan pemotretan kami. Langkahnya mengalihkan pandangan kami. Ia berjalan menuju seseorang pemilik nama yang baru saja disebutkannya.

“ya! Yunho hyung! Sejak kapan kau sampai?”

~

Ini adalah jam makan siang. Seluruh kru sibuk dengan jam istirahat mereka. Hanya aku saja yang masih sibuk dengan lembaran-lembaran foto yang berserakan diatas meja. Tak lama Jaejoong oppa menghampiriku dengan kotak sterofom ditangannya.

“makanlah, nanti kau sakit..” cowok cantik itu meletakkan kotak berisi makan siang itu di atas meja.

“ah.. gwaenchana. Gomapta ne?” aku hanya tersenyum singkat. Sementara Jaejoong oppa mendudukkan dirinya dekat mejaku.

“mereka teman lama ya?” tanyanya sambil mengarahkan pandangannya ke dua orang yang sedang sibuk bercengkrama tak jauh dari kami.

“dia kakak kelas Changmin oppa saat SMA, tapi sudah seperti saudara baginya” jelasku. Kami kemudian terhening sejenak.

“… aku melihatnya di supermarket bersama seorang pria. Apa itu pacar barunya??”

“hahahaha.. kalau iya, kau cemburu?...”

Perbincangan mereka sayup-sayup tertangkap oleh telingaku. Tunggu! Aku bukan penguping. Aku hanya selalu terpana setiap ekspresi dari Changmin oppa, jadi lebih tepatnya aku tidak sengaja. Tanpa kusadari aku meliriknya sejak tadi. Wajahnya, manis, ceria seperti biasa. Seandainya aku menjadi pacarnya yang bisa mendapatkan senyumnya setiap hari..

“Sookyo-yah! Kenapa wajahmu memerah?” seru Jaejoong oppa tiba-tiba.

“a—anu..aku..”

[author’s pov]

Kedua orang itu saling bersua setelah 2 tahun mereka tidak berjumpa. Ya, mereka Changmin dan Yunho.

“bagaimana kabarnya?” tanya Yunho sambil menyeruput cappucino di gelasnya.

“’nya’?” Changmin memiringkan sedikit kepalanya.

“maksudku Jiwoo” Yunho tersenyum sekilas.

“oohh.. terakhir aku bertemu dengannya minggu lalu. Dia kelihatan lebih baik”

Yunho mendesah pelan. Ia menyenderkan tubuh sebelah kanannya didekat jendela dan menatap lalu lalang ratusan manusia di bawah.

“sebenarnya aku baru saja bertemu dengannya tadi.”

“jinjja? Lalu?”

“aku tidak menyapanya. Dia tidak banyak berubah. Aku melihatnya di supermarket bersama seorang pria. Apa itu pacar barunya?”

“hahahaha.. kalau iya, kau cemburu?”

Yunho hanya tersenyum simpul. Ia mengubah posisi berdirinya.

“kau tau kan? Aku tak kan bisa melepaskannya begitu saja”

“hmm.. lalu bagaimana soal gadis bernama Go Ah ra yang kau ceritakan itu?” Changmin menaikkan sebelah alisnya. Yunho hanya tertawa renyah.

“aku tidak serius dengannya” jawabnya sekenanya. Changmin hanya manggut-manggut mengerti. Ia berjalan menghampiri mejanya dan membolak-balik sebuah majalah. Yunho mendekat dan memegang pundak Changmin pelan.

“temukan aku dengannya..”


TBC

next chapt3&>>>>

Selasa, 09 Agustus 2011

Fanfiction: You Only Love My Love | Straight | Chapt1

Pairings :
- author as Shim Jiwoo
- Park Yoochun
- Han Sookyo
- Shim Changmin
- etc.
genre: Romance/hurt, T+, Teenager16+/multi pairings

quotes:
FF ini terinspirasi dari lagu Before U Go nya TVXQ. Di MV Dance versionnya aku ngeliat uri magnae Changmin lebih beda gitu, lebih eerr.. sexy >///< abis ngelap mimisan *ehem* aku langsung bikin FF yang pairnya Changmin. tapi karena aku bias NoKy Brothers (ukNOw n micKY) jadi aku mutusin untuk bikin multipairings aja deh. Han Sookyo disitu temen aku *ga nanya*. dan ini FF multi pairingku yang kedua, jujur sebenernya agak ribet bikinnya.

langsung aja deh ya cekibrot...



“cinta itu indah..

Tapi memabukkan.. membutakan..

Memaksa..

Saat kita mencintai orang lain..

Perasaan ini juga menuntut balasan

Tapi akhirnya malah merasakan sakit..

ketika orang yang kita cinta telah menaruh perasaannya pada orang lain”

[Jiwoo’s pov]

Seoul, June 4th 20XX

Alunan melodi menggema luas lepas menghantam sudut-sudut ruangan. Hening, tak ada satupun celotehan manusia terdengar sehalus apapun. Semua mata tertatap lurus, berbinar, kagum, terpesona. Direksi pada sesosok diatas panggung. Jemarinya menari-nari lihai diatas tuts hitam putih itu. Sementara bibirnya melantunkan lagu yang sudah sangat familiar bagiku.

Lagu itu, favoritnya. Dia yang sudah pergi entah karena apa. Sedikit sesak ketika memoriku dipaksa mengingat lagu yang sudah hampir lenyap dibenakku ini.

You only love, pogihal su eomneun dan hana-ui na-ui sarangiyeo

(You only love You are the only love that I can never give up)

You only love seolmyeonghal suga eomneun neon ibyeoreul marajyo

(You only love You talk about a seperation that cannot even be explained)

Lirik itu.. terasa sangat mengena. Perpisahan 2 tahun yang lalu.. benar-benar tak tersirat alasannya apa.

Mataku panas.. dadaku sesak..

Seulpeum soge jamshi himdeun geojyo eotteon maldo deureul sun eomnayo

(For a moment it hurts deep inside, Cant you listen to any of my say in this?)

You only love(my only love) I can't never give up
(I can't never know) he-eojimi geudae seontaegingayo

(You only love(my only love) I can't never give up
(I can’t never know) Have you chose to break up?)

“kita harus berakhir..”

“m,mwo? Wa-wae? Bukankah kau sudah janji..”

“jeongmal mianhae.. aku harus pergi..”

“o-oppa! Jangan pergi!”

“mian..”

oppa..saranghae..saranghae..uhh..”

You only love na-ui jeonbu-ingeoryo. You only love my life

(You only love You are my everything. You only love my life)

You only love.. my life..

Tes..

Sesuatu yang hangat mengalir di pipiku. Sementara sesak ini semakin meluas keseluruh tubuhku. Aku hanya bisa tertunduk. Hatiku menangis sejadi-jadinya.

Sayup-sayup terdengar tepuk tangan dari ujung sana. Perlahan tepukan itu beruntun meluas keseluruh opera. Betapa bahagianya orang yang dihujani tepuk tangan semeriah ini. Hanya aku saja yang meringkuk tegang. Memandang kosong orang di panggung itu. Meski mataku tidak dapat melihat jelas, tapi aku dapat merasakan senyum dari orang itu menyapaku. Haahh~ semoga saja ia tak memperhatikan wajahku yang sudah sembab ini. Aku mencoba bangkit dan menghapus butiran air mataku dan memberi tepuk tangan padanya.

At the back stage.

“chukkae! Performancemu bagus sekali” ucapku pada sang pianist yang sedang membopong beberapa buket bunga dari para penggemarnya.

“ah..haha.. gomawo Jiwoo-ah!” ia melemparkan senyum manisnya padaku. Senyum ini, yang membuatku berpaling dari duniaku yang kelam. Bagai cahaya yang masuk dari celah-celah kekosongan hatiku.

“Yoochun-ssi. Ini ada beberapa buket lagi dari penggemarmu”

“ya, letakkan saja disitu”

Ia kembali memalingkan wajahnya kearahku.

“oh ya. Apa sehabis ini oppa masih sibuk?” tanyaku seraya membenarkan jasnya yang terlihat sudah kusut.

“anni.. wae?”

“bisa kita pergi sekarang?” ujarku sambil tersenyum memelas. Ia membalasnya dengan seringai aneh. sepertinya ia sudah tau maksudku.

“baiklah..”

Kami berjalan menuju mobilnya. Menuju ke tempat yang sudah aku niatkan. Sebuah restoran ala Eropa yang sejak lama memang kami incar. Yoochun selalu sibuk, apalagi sekarang ia sudah menjadi idola sekaligus pianist terkenal. Jadi waktu untuk kami kencan selalu hampir tidak pernah. Ya, aku dan Yoochun adalah sepasang kekasih yang baru saja jadi sejak 6 bulan lalu. Ia merangkul diriku yang terkurung dalam sendiri saat malam tahun baru waktu itu.

Kami mengambil meja dekat balkon restoran. Ia yang memilih tempat yang romantis seperti ini. Setelah memesan minuman, aku memutuskan untuk melanjutkan niatku selanjutnya. Aku merogoh tasku. Mengeluarkan sebuah kotak panjang berwarna putih.

“Yoochun oppa.. saengil chukkae!” aku tersenyum sambil menyerahkan kotak putih itu. Ia melihatnya tak menyangka. Senyum bahagia tersirat di wajahnya.

“woaa.. gomawo Jiwoo-ah! How happy!” ungkapnya sepenuh hati.

“untukku?” tanyanya dibalas anggukan mantap dariku. Ia meraih kotak itu dan mengguncangkannya di samping telinganya.

“apa ya isinya?” serunya bertanya-tanya.

“buka saja”

Ia membuka pita yang mengikat kotak itu dengan tutupnya. Setelah ikatan terbuka ia mengangkat tutupnya seraya berdebar.

“wow!! Ini..” kagetnya lalu menguntai banda itu di sela-sela jarinya. Mini strap dengan gantungan rasi bintang Cassiopeia. Tali strap itu berwarna putih sedangkan mainannya berwarna merah. Dengan butir-butir permata di titik-titik bintang yang membentuk huruf W itu.

“ini.. strap Cassiopeia yang sangat terbatas dan mahal itu kan? Aku bahkan tidak berhasil mendapatkannya di seluruh toko dan pemesanan online!” serunya masih tidak percaya.

“gimana? Oppa suka?” tanya ku sambil berpangku dagu.

“ne! jeongmal! Thank you so much, chagi..” ujarnya kemudian mengecup pelan bibirku. aku terpaku sambil merona. Sedangkan orang didepanku kembali memandangi hadiahnya dengan riang.

~

[Author’s pov]

“oh.. jadi besok hyung sudah sampai ke Seoul?” laki-laki bertubuh jangkung itu tampak sedang berbincang dengan seseorang melalui telepon yang dikepitnya antara pundak dan telinganya. Sedangkan tangannya sibuk membolak-balik map dan kertas-kertas yang entah apa isinya.

“ya..ya.. apa? Menjemputmu? Ahh.. tidak bisa! aku sibuk! “ ujarnya sambil mondar-mandir dan sesekali mengutak-atik kameranya.

"ya..ya.. ok! Sampai besok!" ia pun menutup teleponnya. Seorang gadis yang masih belasan tahun tampak menyimak pembicaraan itu tanpa sengaja.


TBC

next chapt 2>>>>