author: Lanh a.k.a Lanh Ji Woo
genre: PG15/Romance teenager/straight
pairing:
- Lanh as Han Ji Woo
- Micky Yoochun DBSK
- U-know Yunho DBSK
“. . aku bawakan makanan..”
“gomawoyo.. letakkan saja disitu”
Itu.. seperti suara Yunho dan bibi yeung. Syukurlah, aku masih bisa mendengar suara mereka. Emm.. ini, kain yang lembut, ini kasur? Hah! A,aku masih bisa meraba, aku bisa bergerak!
Sedikit demi sedikit aku mulai menggerakkan satu jariku, kemudian diikuti yang lainnya.
“ji woo! Bi! Lihat! Jari2nya bergerak!”
“jinjja?!”
Ya benar. Itu mereka, kini aku bisa mendengar suara mereka dengan jelas. Aku ingin melihat mereka sekarang.
“ji woo! Kau sudah sadar?? Bukalah matamu!”
aku hanya bisa mengintip sedikit, semuanya terlihat kabur. Aku kedipkan sedikit mataku beberapa kali, barulah aku bisa melihat sosok yunho dan bibi yeung disebelahku sambil tersenyum.
“bibi..” panggilku dengan suara serak.
“syukurlah..” mereka tampak melegakan nafas dengan gembira.
*****
“apa masih terasa sesak?” tanya bibi yeung tentang kondisiku.
“emm, tidak terlalu” jawabku.
“ji woo, dokter menganjurkan untuk segera melakukan operasi untuk memulihkan kondisimu. Operasinya akan dilakukan besok siang. Jadi persiapkan staminamu.”
“mwo? Besok?”
“ne. jika terlalu lama dibiarkan akan semakin parah dari ini ji woo. Jadi lebih baik cepat diantisipasi, arasseo? Ini demi kau juga” tambah yunho.
“ne.” jawabku singkat.
“ini, makanlah.. sudah dari tadi siang kau tidak makan” bibi yeung menyodorkan bubur hangat padaku. Aku memakannya dengan lahap, bibi tersenyum melihat itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9.00 pm. Setelah mendengar penjelasan langsung dari dokter aku akhirnya menyetujui secara yakin untuk melakukan operasi besok. Dokter bilang aku harus menjaga kondisi, jangan sampai lemah dan harus punya keyakinan bahwa operasi akan berjalan lancar. Aku menuruti apa kata dokter dan menjalankannya.
Tapi entah kenapa, saat tidur pun aku terus menerus dikejar2 mimpi buruk. Mimpi yang sama, aku jadi susah tidur dan terus mengigau ketakutan. Bagaimana aku mau menjaga kondisiku kalau kurang tidur?
Seperti sekarang ini, kini aku duduk sambil terengah2 saat aku tersentak dari mimpiku. Bibi yeung yang terjaga disebelahku juga ikut2an kaget.
“waeyo ji woo?”
“hosh..hosh..uufft, mimpi buruk lagi.” Sepertinya malam ini aku juga turut membuat bibi yeung begadang semalaman karena mengurusku.
“rilekskan pikiranmu..” nasihat bibi sambil memberiku segelas air putih.
“aku sudah berusaha.. tapi tetap saja tidak bisa. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku.” Hmm.. iya juga, aku sendiri baru sadar akan kata2ku barusan, ada yang mengganjal di pikiranku tapi tak jelas itu apa, entah sebuah ketakutan atau apa.
“ji woo..”
“hm?”
“apa ada masalah yang belum kau selesaikan?” tanya bibi yeung sambil merangkulku. Aku terdiam dan berpikir sejenak. Pertanyaan barusan sangat mengena, tapi aku masih perlu berpikir untuk menjawab apa.
“. . .”
“misalnya.. masalah dengan seseorang?” bibi memperjelas pertanyaannya. Dengan seseorang? Ya! Aku, langsung teringat sosok yoochun. Sejak awal aku ingin meminta maaf padanya, tapi aku belum juga bertemu secara langsung.
“ya, ada” jawabku.
“hmm.. itulah penyebab ketidaktenanganmu. Kau harus menyelesaikan masalahmu sebelum kau menjalankan operasi, itu bisa meringankan pikiran dan bebanmu.”
Aku berpikir sejenak mencerna nasehat bibi yeung baik2. Kalau dipikir iya juga, masalah itu satu2nya yang masih mengganjal di pikiranku.
“apa..semua akan berjalan lancar?” tanyaku sedikit ragu.
“hm!” angguk bibi.
“lalu, apa yang harus kulakukan? Apa aku masih punya waktu?” tanyaku sekali lagi sambil mengerutkan keningku.
“bisa kau ceritakan apa masalahmu?”
Aku menatap kosong bibi yeung.
Akhirnya aku menceritakan semua isi permasalahanku itu. Aku mencoba menguatkan diri untuk tidak menitikkan air mata. Bibi yeung mendengarkan dengan baik semua curahan hatiku dan sesekali memberikan komentar. saat aku bertanya apa yang sebaiknya aku lakukan, bibi menyuruhku untuk menghubungi yoochun. Tapi sayang, nomornya tidak tersambung olehku. Saat ini pasti ia sedang tidur. Aku kembali putus asa. Apa nanti masih ada kesempatan?
Waktu berjalan sedemikian cepat. Tak terasa sekarang sudah jam 6 pagi. Aku terus berdiam diri dan menghadapkan pandanganku yang kosong kearah jendela. Aku kembali menghubungi yoochun, masih saja tidak tersambung. Waktu terus kutunggu sampai jam 9. Aku menghubunginya lagi, dan tersambung!
Tuutt..
Tuuut..
Klik!
Aku menutup telponku. Rasanya ada keraguan dalam hatiku. Tiba2 aku jadi bingung harus bicara apa jika yoochun mengangkatnya. Tapi tidak ada balasan telpon lagi darinya. Aku kembali mendiamkan diri.
Tak lama terdengar seseorang menggedor pintu kamar.
“ya!”jawabku dari dalam.
Kemudian masuklah orang bernama yunho itu membawa sekantong buah2an dan langsung meletakkannya diatas meja.
“mana bibi yeung?” tanyanya.
“sedang mencari dokter, dari tadi dokternya tidak datang2”
“ooh, pagi ini kau langsung periksa kan?”. Aku mengangguk pelan.
“bagaimana? Sudah agak baikkan?” yunho duduk disebelahku sambil memotong2 apel yang dibelinya. Aku menjawabnya dengan gelengan lemah.
“sudah sarapan?” tanyanya lagi. Aku mengangguk cepat.
“kau harus memperkuat kondisimu, nih, aku belikan apel” nasehatnya sambil menyodorkan apel ke depan mulutku. Aku menggigitnya dan mengunyahnya perlahan.
“wae? Sepertinya kau memikirkan sesuatu” aku melirik kearah yunho. Jawabannya sangat tepat, tapi aku tak memberi jawaban jelas. Aku hanya menghembuskan nafas sekali. Tiba2 dokter Kim dan bibi yeung masuk dan memeriksa kondisiku. Sementara yunho menyingkir dari posisinya dengan tatapan heran kearahku.
Author pov
Beberapa saat kemudian..
Yunho pun pergi keluar ruangan saat nada hp nya berdering.
“yeoboseo”
“yunho..”
“em, nugu?”
“ini aku, yoochun”
Yunho sedikit kaget. Yoochun menelponnya dari telpon umum, makanya ia tak bisa mengenali nomor yang menelponnya. Apalagi setelah mendengar suara yoochun yang parau, tidak seperti biasanya.
“o,ooh.. waeyo chun?”
“hari ini aku akan kembali ke Amerika. Miane, aku tak memberitaumu sebelumnya”. Yunho kaget tak karuan. Sudah kemarin dia datang tidak bilang2, menjenguk tidak bilang2, dan kali ini akan kembali ke amerika pun tidak bilang2 sebelumnya padanya.
“hah?! Kenapa kau tidak cerita dari kemarin?!” kesal yunho.
“kan sudah kubilang, aku minta maaf karena tidak memberitahumu”
“ta, tapi.. ah, jam berapa kau akan berangkat?”
“jam 11.30 nanti. Sekarang aku sedang menunggu tiket kereta” jawab yoochun.
Yunho melirik arlojinya, pukul 10.
“yunho.. umm, aku titip salam pada ji woo ya, kau sedang bersamanya kan?” yoochun berbicara dengan nada yang sangat lemah.
“n, ne. kenapa kau tidak hubungi dia juga? Atau kau mau bicara dengannya sekarang? Dia sudah sedikit membaik” yunho menganjurkan.
“. . .”
“yoochun?”
“umm, tidak usah. Biar kau saja yang menyampaikannya.” Jawab yoochun yang semakin membuat yunho bertanya2.
“loh? Kenapa tidak?”
“sudah ya, aku sudah tidak punya koin lagi nih. Sampai ketemu lagi” klek!
“ya! Yoochun?! Hey!!” teriak yunho dengan hp ditelinganya.
“akh, ditutup! Ada apa dengannya?” kesal yunho sambil melihat layar hp nya.
“waeyo?” tanya bibi yeung dan ji woo yang sedari tadi mendengarkan teriakan yunho di luar.
“yoochun. Dia bilang dia akan kembali ke amerika jam 11.30 hari ini, dan saat dia menelpon tadi ternyata ia sudah ada di stasiun. Mendadak sekali kan?!”rasa kesal yunho masih tersisa.
“hari ini? Jeongmal?” ji woo kaget seketika.
“ne, oh ya, tadi yoochun juga menitip salam untukmu,”.
Bibi yeung melihat kearah ji woo yang tiba2 berubah ekspresinya menjadi sedih dan seperti ingin menangis.
“ji woo?” panggil bibi yeung dan diikuti yunho selanjutnya. Yunho yang tidak tau permasalahan sebenarnya benar2 sangat bingung pada apa yang terjadi antara ji woo dan yoochun.
“aneh.. sebenarnya apa yang telah terjadi? Kenapa semuanya jadi aneh.” Ujar yunho meminta penjelasan.
Ji woo hanya menunduk menyembunyikan wajahnya dari yunho. Mata yunho berpindah kearah bibi yeung dengan penuh pengharapan. Bibi yeung menghembuskan nafasnya.
“begini. . .”
to be continued...
0 komentar:
Posting Komentar